Good Question Good Answer
Bhikkhu Shravasti Dhammika
© 2010-2011
Pertama kali ditulis pada tahun 1987 dan sekarang diterjemahkan lebih  dari 14 Bahasa. "Pertanyaan Baik Jawaban baik" memberikan jawaban yang  jelas, dengan pertimbangan dan cemerlang kepada lebih dari 130  pertanyaan yang seringkali ditanyakan tentang Buddhisme. Seiring waktu  Bhante Dhammika mendapatkan pertanyaan juga akan terus ditambahkan dan  karena itu akan sedikit berbeda dengan yang sudah tercetak. 
| Daftar isi | 
Prakata untuk Edisi Revisi Ke-Empat
Sekitar 18 tahun yang lalu sekelompok siswa Buddhis dari Universitas  Singapore datang menemui saya mengeluh bahwa mereka seringkali  mendapatkan kesulitan menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang buddhisme  yang diberikan pada mereka. Saya meminta mereka untuk memberikan contoh  pertanyaan-pertanyaan tersebut dan ketika sudah saya terima, saya  terkejut bahwa umat Buddhis muda, cerdas dan terpelajar hanya mengetahui  sedikit tentang agamanya dan ragu dalam menjelaskan tentang agamanya  pada orang lain. Saya mencatat banyak pertanyaan, menambahkan beberapa  yang sering ditanyakan kepada saya dan jadilah "Pertanyaan Baik Jawaban  Baik". Yang sebenarnya ditujukan untuk orang Singapura, mengejutkan dan  memberikan rasa puas juga, telah menyebar kepada pembaca internasional.  Lebih dari 150,000 buku edisi bahasa Inggris telah dicetak dan telah  dicetak kembali berulangkali di Amerika, Malaysia, India, Thailand dan  Sri Lanka. Dan juga telah diterjemahkan ke 14 bahasa, yang terakhir  Bahasa Indonesia dan Spanyol. Dalam edisi ke-empat yang telah  diperbaharui dan diperbesar saya telah menambahkan beberapa pertanyaan  dan memberikan, saya harap, jawaban-jawaban yang baik atas  pertanyaan-pertanyaan tersebut. Saya juga telah menambahkan sebuah bab  yang berisi beberapa peribahasa oleh Sang Buddha. Semoga buku kecil ini  akan terus merangsang ketertarikan pada Dhamma Sang Buddha. 
Apakah itu Buddhisme?
Apakah itu Buddhisme?
Nama Buddhisme itu berasal dari kata budhi yang berarti 'bangun' dan  karena itu Buddhisme bisa dikatakan adalah filosofi pencerahan. Filosofi  ini berasal dari pengalaman Siddhatta Gotama, yang kenal sebagai Sang  Buddha, yang tercerahkan pada usia 35 tahun. Buddhisme sekarang sudah  lebih dari 2500 tahun dan memiliki pengikut sekitar 300 juta diseluruh  dunia. Sampai sekitar seratus tahun yang lalu sebelumnya Buddhisme  merupakan terutama merupakan filosofi Asia kemudian mulai berkembang di  Eropa, Australia dan Amerika. 
Jadi Buddhisme hanya sebuah filosofi?
Kata filosofi berasal dari dua kata philo, yang berarti 'cinta', dan  sophia yang berarti 'kebijaksanaan'. Jadi filosofi adalah cinta dari  kebijaksanaan atau cinta dan kebijaksanaan, arti keduanya menjelaskan  Buddhisme dengan sangat sempurna. Buddhisme mengajarkan bahwa kita harus  mencoba untuk mengembangkan kemampuan intelektual kita semaksimal  mungkin agar kita dapat mengerti dengan jelas. Buddhisme juga  mengajarkan kita untuk mengembangkan cinta kasih dan kebaikan agar kita  dapat seperti seorang teman sejati bagi semua mahluk. Jadi Buddhisme  adalah sebuah filosofi tetapi bukan hanya sebuah filosofi biasa.  Buddhisme adalah filofofi tertinggi. 
Siapakah Sang Buddha?
Pada tahun 563 SM seorang bayi terlahir disebuah keluarga kerajaan di  India utara. Beliau dibesarkan dalam kekayaan dan kemewahan tetapi pada  akhirnya mendapatkan bahwa kenyamanan dan keamanan duniawi tidak  menjamin kebahagiaan. Beliau sangat tergerak oleh penderitaan yang  beliau lihat disekitar dan bertekad untuk mendapatkan kunci kebahagiaan  manusia. Ketika beliau 29 tahun beliau meninggalkan istri dan anaknya  dan pergi untuk duduk di kaki para guru-guru religius besar pada saat  itu dan belajar dari mereka. Mereka mengajarkan beliau banyak tetapi  tidak ada yang sesungguhnya mengetahui penyebab penderitaan manusia dan  cara untuk mengatasinya. Akhirnya, setelah enam tahun mempelajari,  berusaha dan meditasi beliau akhirnya mendapatkan sebuah pengalaman  dimana semua ketidaktahuan lenyap dan beliau sekejab mengerti. Sejak  hari itu beliau disebut Sang Buddha, Yang Tercerahkan. Dalam 45 tahun  setelah itu beliau mengelilingi seluruh India utara untuk mengajarkan  apa yang telah ditemukannya. Belas kasih dan kesabarannya legendaris dan  beliau memiliki ribuan pengikut. Pada usianya yang ke 80 tahun, dalam  keadaan tua dan sakit, tetapi tetap berwibawa dan damai, beliau akhirnya  meninggal. 
Bukankah sangat tidak bertanggung jawab Sang Buddha meninggalkan istri dan anaknya?
Hal itu bukan hal yang mudah bagi Sang Buddha untuk meninggalkan  keluargannya. Beliau pasti cemas dan gelisah yang sangat lama sebelum  akhirnya pergi. Tetapi beliau mempunya sebuah pilihan, mendedikasikan  dirinya untuk keluarga atau mendedikasikan dirinya untuk dunia. Pada  akhirnya, belas kasih beliau yang besar membuat beliau mendedikasikan  dirinya untuk seluruh dunia dan seluruh dunia sekarang masih merasakan  manfaat dari pengorbanannya. Ini bukan tidak bertanggung jawab. Tetapi  mungkin adalah pengorbanan yang paling besar yang pernah dilakukan. 
Jika Sang Buddha sudah meninggal dunia bagaimanakan beliau dapat menolong kita?
Faraday yang menemukan listrik sudah meninggal dunia, tetapi apa yang  ditemukannya masih menolong kita. Luis Pasteur yang menemukan banyak  obat penyakit juga sudah meninggal dunia, tetapi penemuan medisnya masih  menyelamatkan jiwa. Leonardo da Vinci yang menciptakan maha karya seni  sudah meninggal dunia, tetapi apa yang telah diciptakannya masih dapat  menyenangkan hati dan memberikan kebahagian. Pahlawan-pahlawan besar  walaupun sudah meninggal dunia selama berabad-abad tetapi ketika kita  membaca jasa-jasa mereka dan pencapaiannya kita masih dapat terinspirasi  untuk bertindak seperti mereka. Ya, Sang Buddha telah meninggal dunia  tetapi 2,500 tahun kemudian ajarannya masih tetapi menolong orang-orang,  contohnya tetap menginspirasi orang-orang, kata-katanya masih tetap  merubah hidup orang-orang. Hanya seorang Buddha yang dapat memiliki  kekuatan seperti itu berabad-abad setelah wafatnya. 
Apakah Sang Buddha adalah tuhan?
Bukan. Beliau tidak mengaku bahwa beliau adalah tuhan, anak tuhan  atau bahkan utusan tuhan. Beliau adalah seorang manusia yang  menyempurnakan dirinya dan mengajarkan bahwa jika kita mengikuti  contohnya kita dapat menyempurnakan diri kita juga. 
Jika Sang Buddha bukan tuhan mengapa orang-orang memujanya?
Ada beberapa tipe pemujaan. Ketika seseorang menyembah tuhan, mereka  memujinya, memberikan persembahan dan meminta keinginannya, meyakini  bahwa tuhan akan mendengar pujian mereka, menerima persebahan mereka dan  menjawab doa-doa mereka. Seorang Buddhis tidak melakukan pemujaan  seperti ini. Pemujaan jenis lainnya adakah ketika kita menunjukkan rasa  hormat pada seseorang atau pada sesuatu yang kita kagumi. Ketika seorang  guru berjalan memasuki sebuah ruangan kita berdiri, ketika kita bertemu  orang terhormat kita berjabat tangan, ketika lagu kebangsaan dimainkan  kita bersikap hormat. Semua ini adalah sikap hormat dan pemujaan dan  menandakan rasa kagum kita untuk orang atau benda tertentu. Ini adalah  tipe pemujaan yang dilakukan Buddhis. Sebuah patung Buddha dengan  tangannya yang diletakkan dengan lembut dipangkuannya dan dengan senyum  yang penuh belas kasih mengingatkan kita untuk berusaha untuk  mengembangkan kedamaian dan cinta kasih didalam diri kita. Wewangian  dupa mengingatkan kita pada pengaruh kebajikan yang menyebar, lilin  mengingatkan kita pada cahaya pengetahuan dan bunga, yang segera layu  dan mati, mengingatkan kita pada ketidakkekalan. Ketika membungkukkan  tubuh kita menunjukkan rasa terima kasih kita pada Sang Buddha untuk apa  yang telah diberikan oleh ajarannya. Ini adalah arti dari pemujaan  Buddhis. 
Tetapi saya mendengar bahwa orang-orang berkata bahwa Buddhis memuja berhala.
Pernyataan demikian hanya menunjukkan kesalahpahaman orang yang  mengatakannya. Kamus mendefiniskan berhala sebagai 'sebuah gambaran atau  patung yang disembah sebagai tuhan.' Seperti yang sudah kita ketahui,  Buddhis tidak mempercayai Buddha sebagai tuhan, lalu bagaimana mungkin  mereka dapat mempercayai sepotong kayu atau logam adalah tuhan? Semua  agama menggunakan simbol untuk mewakili berbagai keyakinan mereka. Dalam  Taoisme, diagram yin-yang digunakan sebagai simbol harmoni diantara  yang saling berlawanan. Dalam Sikhisme, pedang digunakan sebagai lambang  perjuangan spiritual. Dalam Kristiani, ikan digunakan sebagai lambang  keberadaan Kristus dan salib untuk mewakili pengorbanannya. Dalam  Buddhisme, patung Buddha mengingatkan kita dimensi manusia dalam ajaran  Buddhis, fakta bahwa Buddhisme adalah ajaran tentang manusia bukan  tentang tuhan, dimana kita harus melihat kedalam, bukan keluar untuk  mencari kesempurnaan dan pengertian. Karena itu, mengatakan bahwa  Buddhis menyembah berhala adalah sama seperti mengatakan Kristiani  menyembah ikan atau bentuk geometris. 
Mengapa orang-orang melakukan segala hal yang aneh-aneh di Vihara?
Banyak hal yang terlihat aneh ketika kita tidak mengerti. Daripada  kita mengatahan hal-hal itu aneh, kita lebih baik mencoba mencari tahu  maknanya. Akan tetapi, benar bahwa beberapa hal dilakukan Buddhis  berasal dari tahayul populer dan salah mengerti akan ajaran Sang Buddha.  Dan kesalahmengertian ini tidak hanya ditemukan dalam Buddhisme saja  tetapi ada dalam semua agama dari waktu ke waktu. Sang Buddha  mengajarkan kita dengan jelas dan mendetail dan jika beberapa orang  gagal untuk mengerti sepenuhnya, dia tidak dapat disalahkan karena itu.  Ada sebuah kalimat dari teks Buddhis: 
'Jika seseorang menderita karena sebuah penyakit tidak mencari pengobatan bahkan ketika ada seorang dokter disana, itu bukan salah dari si dokter. Demikian juga, jika seseorang tertekan dan tersiksa oleh penyakit karena kekotoran batin tetapi tidak mencari bantuan dari Sang Buddha, ini bukan salah Sang Buddha' - Jn. 28-9
Tidak seharusnya Buddhisme atau agama apapun dihakimi oleh mereka  yang tidak mempraktekkannya dengan baik. Jika anda ingin mengetahui  ajaran Buddhisme, pelajarilah kata-kata Sang Buddha atau berbicaralah  pada mereka yang mengerti dengan baik. 
Adakah "Natal" Buddhis?
Sesuai tradisi, Pangeran Siddhatta terlahir, menjadi seorang Buddha  dan wafat pada bulan purnama di bulan Vesakha, bulan kedua pada  penanggalan India yang merupakan bulan April-Mei pada penanggalan barat.  Pada hari itu semua Buddhis disemua tempat merayakan kejadian-kejadian  tersebut dengan mengunjungi vihara, turut dalam berbagai upacara atau  mungkin menghabiskan harinya dengan bermeditasi. 
Jika Buddhisme itu sangat baik mengapa beberapa negara Buddhis itu miskin?
Jika miskin yang dimaksud adalah miskin secara ekonomi, maka hal itu  benar bahwa beberapa negara Buddhis itu miskin. Tetapi jika miskin yang  dimaksud adalah miskin secara kualitas hidup, maka mungkin beberapa  negara Buddhis sangat kaya. Amerika sebagai contohnya, adalah sebuah  negara yang secara ekonomi kaya dan kuat tetapi kejahatannya salah satu  yang tertinggi didunia, jutaan orang lanjut usia diterlantarkan oleh  anak-anaknya dan meninggal kesepian di rumah jompo, kekerasan domestik,  eksploitasi anak, kecanduan obat-obatan adalah masalah besar dan satu  dari tiga pernikahan berakhir dengan perceraian. Kaya dalam pengertian  uang tetapi mungkin miskin dalam pengertian kualitas hidup. Sekarang  jika anda melihat pada beberapa negara Buddhis tradisional anda akan  menemukan situasi yang sangat berbeda. Orang tua dihargai dan dihormati  oleh anak-anaknya, tingkat kejahatan relatif rendah, perceraian dan  bunuh diri jarang dan nilai-nilai tradisional seperti kelembutan,  kemurahan hati, ramah tamah pada orang asing, toleransi dan menghormati  orang lain masih kuat. Secara ekonomi masih tertinggal tetapi mungkin  kualitas hidup yang lebih tinggi dibanding negara seperti Amerika. Akan  tetapi, bahkan jika kita menilai negara-negara Buddhis hanya secara  ekonomik saja, salah satu negara yang kaya dan paling dinamis ekonominya  didunia sekarang adalah Jepang dimana persentase besarnya menyebut  dirinya adalah Buddhis. 
Mengapa anda tidak sering mendengar kegiatan-kegiatan sosial dilakukan oleh Buddhis?
Mungkin karena Buddhis tidak merasa untuk menyombongkan perbuatan  baik yang mereka lakukan. Beberapa tahun yang lalu pemimpin Buddhis  Jepang Nikkho Nirwano menerima Templeton Prize untuk usahanya dalam  mempromosikan keharmonisan antar agama. Demikian juga seorang bhikkhu  Thai belakangan ini mendapatkan penghargaan bergengsi Magsaysay Prize  untuk usahanya yang luar biasa bagi para pecandu obat-obatan. Pada tahun  1987 bhikkhu Thai lainnya, Kantayapiwat diberikan penghargaan Norwegian  Children's Peace untuk karyanya yang bertahun-tahun menolong anak-anak  yang tidak memiliki rumah di daerah perdesaan. Dan bagaimana dengan  kerja sosial berskala besar yang telah dilakukan bagi para orang miskin  di India oleh Western Buddhist Order? Mereka membangun sekolah, pusat  perawatan anak, klinik dan industri skala kecil untuk pemenuhan-sendiri.  Buddhis melihat bahwa membantu orang lain sebagai sebuah ekspresi  praktek religius sama seperti agama-agama lainnya tetapi mereka percaya  bahwa hal itu seharusnya dilakukan dengan diam-diam dan tanpa  mempromosikan diri. 
Mengapa sangat banyak tipe Buddhisme?
Ada banyak tipe gula - gula coklat, gula putih, gula batu, sirup dan  gula kue tetapi semua kue itu memiliki rasa manis. Gula-gula tersebut  diproduksi dalam bentuk berbeda tetapi dapat digunakan dalam berbagai  cara. Buddhisme juga demikian: ada Buddhisme Theravada, Buddhisme Zen,  Buddhisme Tanah Suci, Buddhisme Yogacara dan Buddhisme Vajrayana tetapi  semua adalah ajaran-ajaran Sang Buddha dan semua miliki rasa yang sama -  rasa pembebasan. Buddhisme telah berevolusi menjadi bentuk-bentuk  berbeda agar dapat sesuai dengan kebudayaan-kebudayaan yang berbeda  dimana Buddhisme berada. Sekarang telah diintepretasi ulang selama  berabad-abad agar tetap sesuai dengan generasi baru. Dari luar,  tipe-tipe Buddhisme mungkin terlihat sangat berbeda tetapi ditengah  masing-masing adalah Empat Kebenaran Mulia dan Jalan Mulia Berunsur  Delapan. Semua agama utama, termasuk Buddhisme, memiliki pecahan menjadi  aliran-aliran dan sekte-sekte. Mungkin perbedaan antara Buddhisme dan  agama-agama lainnya adalah perbedaan antar aliran-aliran itu selalu  sangat bertoleransi dan bersahabat sesamanya. 
Anda tentunya menjunjung tinggi Buddhisme. Saya anggap anda percaya bahwa hanya Buddhisme yang merupakan agama yang benar dan yang lainnya adalah salah.
Tidak ada Buddhis yang mengerti ajaran Sang Buddha berpikir bahwa  agama lain adalah salah. Tidak seorangpun yang telah melakukan usaha  untuk mempelajari agama-agama lain dengan pikiran terbuka dapat berpikir  seperti itu juga. Yang pertama dapat anda ketahui ketika anda  mempelajar berbagai agama berbeda adalah seberapa banyak persamaannya.  Semua agama mengakui bahwa kondisi manusia sekarang adalah tidak  memuaskan. Semua percaya bahwa perubahan cara berpikir dan tingkah laku  dibutuhkan jika ingin memperbaiki situasi manusia sekarang. Semua  mengajarkan etika-etika termasuk cinta, kasih sayang, kesabaran,  kemurahan hati dan tanggung jawab sosial dan semua menerima keberadaan  sebentuk Absolute. Mereka menggunakan bahasa-bahasa berbeda, nama-nama  berbeda dan lambang-lambang berbeda untuk menggambarkan dan menjelaskan  hal-hal ini. Hanya ketika orang melekat dengan pikiran sempit pada cara  melihat mereka maka ketidaktoleransian, kesombongan dan merasa benar  sendiri akan muncul. 
Bayangkan orang Inggris, orang Perancis, orang China dan orang  Indonesia semua melihat pada sebuah cangkir. Orang Inggris akan berkata,  'Itu adalah sebuah cup.' Orang Perancis akan menjawab, 'Bukan. Itu  adalah sebuah tasse.' Kemudian orang China berkomentar, 'Kamu berdua  salah. Itu adalah sebuah pei.' Akhirnya orang Indonesia menertawakan  mereka dan berkata 'Bodoh sekali kalian. Itu adalah sebuah cawan.'  Kemudian orang Inggris membuka kamus dan menunjukkan pada lainnya. 'Saya  dapat membuktikan kalau itu adalah sebuah cup. Kamus saya berkata  demikian.' 'Kalau demikian kamus kamu salah.' kata orang Perancis,  'karena kamus saya dengan jelas menyatakan itu adalah sebuah tasse'  Orang China mengejek; 'Kamus saya bilang itu adalah sebuah pei dan kamus  saya itu ribuan tahun lebih tua dibanding kamus kamu karena itu kamus  saya itu pasti benar. Dan lagipula, lebih banyak orang berbahasa China  dibanding bahasa lainnya, karena itu pasti itu adalah pei.' Sementara  kita meributkan dan berdebat, satu orang lagi datang dan minum dari  cangkir itu dan berkata pada yang lain, "Apapun namanya, cup, tasse, pei  atau cawan, fungsi dari cangkir ini untuk menampung air sehingga bisa  diminum. Berhentilah berdebat dan minum, berhentilah meributkannya dan  hilangkan dahagamu.' Ini adalah sikap Buddhis pada agama-agama lain. 
Beberapa orang berkata, 'Semua agama adalah sama.' Apakah anda setuju dengan mereka?
Agama adalah sebuah fenomena yang sangat kompleks dan luas untuk  diwakili oleh sebuah pernyataan pendek yang indah seperti itu. Seorang  Buddhis mungkin berkata bahwa pernyataan ini mengandung elemen kesalahan  dan kebenaran. Buddhisme mengajarkan bahwa tidak ada tuhan sementara  Kristiani, contohnya, mengajarkan ada. Saya pikir ini adalah sebuah  perbedaan yang sangat penting. Akan tetapi, ada sebuah cuplikan bagus  dari alkitab sebagai berikut: 
'Jika saya berkata dalam bahasa manusia dan malaikat tetapi tanpa cinta kasih, saya hanya sebuah gong atau cymbal yang beradu yang berisik. Jika saya memiliki hadiah wahyu dan dapat mengerti semua misteri dan semua pengetahuan, dan jika saya memiliki keyakinan yang sangat kuat yang dapat menggerakkan sebuah gunung, tetapi saya tidak memiliki cinta kasih, saya bukan apa-apa. Jika saya memberikan semua yang saya punya pada orang miskin dan bahkan mengorbankan tubuh saya ke api tetapi saya tidak memiliki cinta kasih, Saya tidak mendapatkan apa-apa. Cinta kasih adalah kesabaran, cinta kasih adalah kebaikan. Cinta kasih tidak iri, tidak congkak, tidak sombong. Cinta kasih tidak kasar, tidak mendahulukan diri sendiri, tidak mudah marah, tidak mencatat kesalahan. Cinta kasih tidak bersenang pada kejahatan tetapi bersenang pada kebenaran. Cinta kasih selalu melindungi, selalu percaya, selalu gigih.' - I Cor.13-7
Ini sama persis seperti apa yang diajarkan Buddhisme - bahwa kualitas  hati lebih penting dari kesaktian supranatural apapun yang kita bisa  miliki, kemampuan kita meramalkan masa depan, kekuatan keyakinan atau  perbuatan luar biasa apapun yang bisa kita lakukan. Ketika kita sampai  pada konsep teologi dan teori Buddhisme dan Kristiani tentu berbeda.  Tetapi kita pada kualitas-hati, etika dan tingkah-laku keduanya sangat  mirip. 
Apakah Buddhisme itu ilmiah?
Sebelum kita jawab petanyaan itu akan lebih baik kita mendefinisikan  kata 'ilmiah' dahulu. Ilmiah adalah, menurut kamus,'pengetahuan yang  dapat dibuat menjadi sebuah sistem, dimana berdasarkan pada melihat dan  membuktikan fakta-fakta dan menyatakan hukum alam umum, cabang  pengetahuan seperti itu, semuanya yang dapat dipelajari secara pasti.'  Ada aspek-aspek dalam Buddhisme yang tidak dapat masuk dalam definisi  tersebut tetapi ajaran Buddhisme utama, Empat Kebenaran Mulia, tentu  saja masuk kedalam ilmiah. Penderitaan, Kebenaran Mulia Pertama, adalah  sebuah pengalaman yang dapat di definisikan, dialami dan diukur.  Kebenaran Mulia Ke-Dua menyatakan bahwa penderitaan memiliki sebuah  penyebab alami, kehausan, yang sama juga dapat di definisikan, dialami  dan diukur. Belum ada yang mencoba untuk menjelaskan penderitaan dalam  istilah-istilah konsep metafisik atau mitos. Menurut Kebenaran Mulia  Ke-Tiga, Penderitaan diakhiri, tidak bergantung pada sosok Maha Kuasa,  dengan keyakinan/iman atau dengan doa-doa tetapi dengan menghilangkan  penyebabnya. Ini tidak terbantahkan. Kebenaran Mulia Ke-Empat, Jalan  untuk mengakhiri penderitaan, sekalia lagi, tidak berhubungan dengan  metafisik tetapi bergantung pada bertingkah laku dengan cara tertentu.  Dan sekali lagi tingkah laku itu terbuka untuk di uji, Buddhisme  membuang konsep mahluk Maha Kuasa, sama seperti ilmu pengetahuan, dan  menjelaskan sumber dan cara bekerja alam semesta dengan istilah-istilah  hukum-hukum alam. Semua ini tentu memiliki semangat ilmiah. Sekali lagi,  Sang Buddha terus menerus menasehati bahwa kita tidak boleh meyakini  buta tetapi dengan mempertanyakan, memeriksa, bertanya dan berdasarkan  pengalaman kita sendiri, tentu memiliki sifat ilmiah. Dalam Kalama Sutta  yg terkenal itu Sang Buddha berkata; 
Jangan karena wahyu atau tradisi, jangan karena gosip atau kitab suci, jangan karena kata orang lain atau hanya logika semata, jangan karena prasangka memihak pada sebuah pendapat atau kemampuan berpura-pura seseorang dan jangan karena pendapat "Beliau adalah guru kami." Tetapi ketika dirimu sendiri mengetahui sebuah hail itu baik, dan patut dipuji, yang dipuji oleh para bijaksana dan ketika dipraktekan dan diamati membawa pada kebahagiaan, maka ikutilah hal tersebut." - A.I, 188
Lalu kita dapat katakan bahwa meskipun Buddhisme tidak sepenuhnya  ilmiah, bisa dipastikan bahwa Buddhisme memiliki sifat ilmiah yang kuat  dan sudah tentu lebih ilmiah dibandingkan agama lainnya. Ditekankan oleh  Albert Einstein, ilmuwan terhebat pada abad 20 tentang Buddhisme: 
'Yang akan menjadi agama masa depan adalah agama kosmik. agama yang melampaui Tuhan personal dan menghindari dogma dan theologi. Meliputi natural dan spiritual, dan berdasarkan perasaan religius yang muncul dari pengalaman akan segala hal, natural dan spiritual dan penyatuan yang berarti. Buddhisme menjawab penjelasan tersebut. Jika ada agama yang dapat menjawab kebutuhan ilmu pengetahuan moderen, agama tersebut adalah Buddhisme."
Saya kadang-kadang mendengar bahwa ajaran Sang Buddha itu disebut dengan Jalan Tengah. Apakah arti istilah itu?
Sang Buddha memberikan nama alternatif untuk Jalan Mulia Berunsur  Delapan, majjhima patipada, yang berarti 'Jalan Tengah.' Ini adalah nama  yang sangat penting karena memberitahu kita bahwa tidak cukup hanya  mengikuti Sang Jalan, tetapi kita harus mengikutinya dengan cara  tertentu. Orang-orang dapat menjadi sangat kaku tetang aturan dan  praktek keagamaan dan berakhir menjadi benar-benar fanatik. Dalam  Buddhisme aturan-aturan harus diikuti dan praktek dilakukan dengan  seimbang dan selayaknya yang menghindari ekstrimisme dan berlebihan.  Sebuah petuah Romawi kuno 'Secukupnya pada semua hal' dan Buddhis  menyetujui ini sepenuhnya. 
Saya membaca bahwa Buddhisme adalah hanya Hinduisme tipe lain. Apakah ini benar?
Tidak, hal itu tidak benar. Buddhisme dan Hinduisme memilik banyak  pandangan etika yang sama, keduanya menggunakan istilah yang sama  seperti kamma, samadhi dan nirvana dan keduanya berasal dari India. Ini  yang menyebabkan beberapa orang berpikir bahwa keduanya adalah sama atau  sangat mirip. Tetapi jika kita melihat lebih jauh dari kemiripan  dipermukannya kita akan melihat bahwa kedua agama tersebut sangat  berbeda. Contohnya, Hindu mempercayai pada seorang Tuhan adikuasa  sementara Buddhis tidak. Salah satu ajaran utama filosofi sosial Hindu  adalah konsep kasta, yang dengan teguh ditolak oleh Buddhisme. Penyucian  ritual adalah sebuah praktek penting dalam Hinduisme tetapi tidak ada  di Buddhisme. Dalam naskah Buddhis Sang Buddha sering diceritakan  mengkritik apa yang diajarkan para Brahmin, pendeta Hindu, dan mereka  sangat tidak menyetujui beberapa pandangan beliau. Hal ini tidak akan  terjadi jika Buddhisme dan Hindisme adalah sama. 
Tetapi Sang Buddha tidak menyalin konsep kamma dari Hinduisme bukan?
Hinduisme memang mengajarkan doktrin kamma dan juga reinkarnasi.  Tetapi, versi mereka dari kedua ajaran tersebut sangat berbeda dari  versi Buddhisme. Contohnya, Hinduisme mengajarkan bahwa kita ditentukan  oleh kamma kita sementara dalam Buddhisme mengajarkan kamma kita hanya  kondisi bagi kita. Menurut Hinduisme sebuah roh abadi atau atman  berpindah dari satu kehidupan ke berikutnya sementara Buddhisme menolak  keberadaan roh seperti itu tetapi mengatakan bahwa hal itu hanyalah  aliran perubahan energi mental yang terus menerus yang terlahir. Hal  tersebut hanya beberapa dari banyak perbedaan antara kedua agama tentang  kamma dan kelahiran-kembali. Akan tetapi, meskipun jika ajaran Buddhis  dan Hindu sama persis hal ini tidak berarti bahwa Sang Buddha dengan  tanpa berpikir menyalin pandangan yang lainnya. 
Hal ini kadang-kadang terjadi antara  2 orang, masing-masing  secara mandiri, menemukan hal yang sama persis. Sebuah contoh yang bagus  adalah penemuan evolusi. Pada 1858, sesaat sebelum beliau menerbitkan  bukunya yang terkenal The Origin of the Species, Charles Darwin  mendapatkan bahwa orang lain yang bernama Alfred Russel Wallace, telah  mengutarakan pandangan evolusi sama seperti yang telah dia lakukan.  Darwin dan Wallace tidak saling menyalin ide diantara mereka; tetapi,  dengan memperlajari fenomena yang sama mereka sampai pada kesimpulan  yang sama tentang itu. Maka bahkan jika pandangan Hindu atau Buddhis  tentang kamma dan kelahiran-ulang sama persis, yang sebenarnya tidak,  hal ini bukanlah bukti dari meniru. Sebenarnya adalah melalui pandangan  mendalam yang dikembangkan dengan meditasi pertapa Hindu tidak memahami  tentang kamma dan kelahiran-kembali yang kemudian dibabarkan oleh Sang  Buddha dengan lebih lengkap dan lebih tepat. 
Konsep Dasar Buddhis
Apakah ajaran-ajaran utama Sang Buddha?
Semua ajaran-ajaran Sang Buddha berpusat pada Empat Kebenaran Mulia  sama seperti tepi roda dan jari-jarinya mengarah ke tengah roda. Hal itu  disebut 'Empat' karena ada empat.  
Disebut 'Mulia' karena hal itu yang membuat orang-orang yang  memahaminya menjadi suci/mulia dan disebut 'Kebenaran' karena,  berhubungan dengan realitas, hal tersebut adalah benar. 
Apakah itu Kebenaran Mulia Pertama?
Kebenaran Mulia pertama adalah kehidupan adalah penderitaan. Hidup  adalah untuk menderita. Adalah tidak mungkin kita hidup tanpa merasakan  bentuk-bentuk tertentu dari rasa sakit atau kesedihan. Kita harus  mengalami penderitaan fisik seperti sakit,  luka, letih, usia tua dan  akhirnya mati dan kita harus mengalami penderitaan psikologi seperti  kesepian, frustasi, takut, malu, kecewa, marah, dll. 
Bukankah ini agak pesimistik?
Kamus mendefinisikan pesimisme sebagai 'kebiasaan berpikir apapun  yang akan terjadi akan buruk,' atau 'keyakinan bawah kejahatan lebih  berkuasa daripada kebaikan.' Buddhisme tidak mengajarkan kedua pandangan  tersebut. TIdak juga menyangkal adanya kebahagiaan. Buddhisme hanya  mengatakan bahwa hidup itu adalah mengalami penderitaan fisik dan  psikologi yang pertanyaan tersebut sangat benar dan sangat jelas sekali  tidak dapat disangkal. Buddhisme mulai dengan sebuah pengalaman, sebuah  fakta tak terbantahkan, sebuah hal yang diketahui semua orang, yang  semua orang telah alami dan yang semua orang coba untuk hindari. Dengan  demikian, Buddhisme memulai dengan langsung menuju pada inti dari tujuan  bagi setiap orang - penderitaan dan bagaimana menghindarinya. 
Apakah itu Kebenaran Mulia Ke-Dua?
Kebenaran Mulia Kedua adalah kehausan menyebabkan segala penderitaan.  Ketika kita melihat pada penderitaan psikologi, sangat mudah untuk  melihat bahwa hal itu disebabkan oleh kehausan. Ketika kita menginginkan  sesuatu tetapi tidak bisa kita dapatkan, kita merasakan kekecewaan atau  frustasi. Ketika kita mengharapkan orang lain sesuai ekspektasi kita  dan mereka tidak sesuai, kita merasa sedih dan marah. Ketika kita orang  lain untuk menyukai kita dan mereka tidak menyukai kita, kita merasa  sakit hati. Bahkan ketika kita menginginkan sesuatu dan bisa  mendapatkannya, ini tidak sering membawa pada kebahagiaan karena hal itu  tidak lama sebelum kita merasa bosan dengan hal itu, tidak tertarik  lagi pada hal itu dan mulai menginginkan hal lainnya. Secara sederhana,  Kebenaran Mulia Ke-Dua mengatakan bahwa mendapatkan apa yang engkau  inginkan tidak menjamin kebahagiaan. Daripada berjuang terus menerus  mendapatkan apa yang engkau inginkan, coba untuk merubah keinginanmu.  Keinginan itu menghilangkan kepuasan dan kebahagiaan. 
Tetapi bagaimanakan keinginan dan kehausan membawa pada penderitaan fisik?
Seumur hidup terus ingin dan haus ini dan itu dan khususnya kehausan  untuk terus ada menciptakan sebuah energi kuat yang menyebabkan  individual terlahir-kembali. Ketika kita terlahir-kembali, kita memiliki  tubuh dan seperti yang sudah disampaikan, tubuh itu dapat terluka dan  terkena penyakit; tubuh bisa letih karena kerja; akan menua dan akhirnya  mati. Karena itu, kehausan membawa pada penderitaan fisik karena hal  tersebut menyebabkan kita terlahir-kembali. 
Yang dijelaskan itu sangat baik sekali. Tetapi jika kita berhenti total menginginkan, kita tidak akan pernah mendapatkan apapun atau mencapai apapun.
Benar. Tetapi apa yang Sang Buddha katakan adalah ketika keinginan  kita, kehausan kita, ketidapuasan kita dengan apa yang telah kita miliki  dan kerinduan terus-menerus kita untuk lebih dan lebih menyebabkan kita  menderita, lalu kita harus mencoba berhenti melakukannya. Beliau  meminta kita untuk membedakan antara apa yang kita butuhkan dan apa yang  kita inginkan dan berusaha pada apa yang kita butuhkan dan merubah apa  yang kita inginkan. Beliau mengajarkan kita bahwa kebutuhan kita dapat  terpenuhi tetapi keinginan kita itu tidak terbatas seperti lubang tanpa  dasar. Ada kebutuhan-kebutuhan esensial, mendasar dan dapat diperoleh  dan kita harus berusaha untuk hal tersebut. Keinginan yang lebih dari  itu harus dikurangi dengan bertahap. Lagi pula, apakah tujuan dari  hidup? Untuk mendapatkan atau menjadi puas dan bahagia. 
Anda berbicara tentang kelahiran-kembali, tetapi adakah bukti hal itu terjadi?
Ada banya bukti hal itu terjadi tetapi kita akan bahas hal itu lebih detail setelah ini. 
Apakah itu Kebenaran Mulia Ke-Tiga?
Kebenaran Mulia Ke-Tiga adalah penderitaan dapat diatasi dan  kebahagiaan dapat dicapai. Mungkin ini adalah bagian terpenting dari  Empat Kebenaran Mulia karena didalam ini Sang Buddha meyakinkan kita  bahwa kebahagiaan sejati dan kepuasan itu mungkin. Ketika kita  melepaskan kehausan yang tak berarti itu dan belajar untuk hidup setiap  hari setiap waktu, menikmati tanpa dengan gelisah menginginkan apa yang  bisa didapat dari hidup ini, dengan sabar bertahan dalam problem-problem  kehidupan melibatkan tanpa air mata, kebencian dan kemarahan, kemudian  kita menjadi bahagia dan bebas. Lalu dan hanya lalu, kita dapat hidup  dengan sepenuhnya. Karena kita tidak lagi terobsesi dengan pemuasan  keinginan egois kita sendiri, kita mendapatkan banyak waktu untuk  menolong lainnya untuk memenuhi kebutuhan mereka. Keadaan ini yang  disebut Nirvana. 
Apakah atau dimanakah itu Nirvana?
Nirvana adalah sebuah dimensi melampau waktu dan ruang dan karena itu  sulit untuk dibicarakan atau bahkan dipikirkan, kata-kata dan pikiran  hanya dapat menejaslan dimensi waktu-ruang. Tetapi karena Nirvana  melampaui waktu, maka tidak ada pergerakan, tidak ada pergesekan dan  tidak ada penuaan atau kematian. Karena itu Nirvana adalah abadi. Karena  hal itu melampaui ruang, maka tidak ada sebab, tidak ada batas, tidak  ada konsep diri atau bukan diri dan karena itu Nirvana adalah tak  terhingga. Sang Buddha juga menyakinkan kita bahwa Nirvana adalah  pengalaman dari kebahagiaan luar biasa. Beliau mengatakan: 
'Nirvana adalah kebahagiaan tertinggi.' Dp.204
Tetapi apakah ada bukti bahwa dimensi seperti itu ada?
Tidak ada. Tetapi keberadaan dapat dideduksi secara tidak langsung.  Jika ada sebuah dimensi dimana waktu dan ruang dapat beroperasi dan ada  dimensi seperti itu - dunia yang kita alami - kemudian kita dapat  menyimpulkan bahwa ada dimensi dimana waktu dan ruang tidak beroperasi -  Nirvana. Lagi, bahkan meskipun kita tidak dapat membuktikan Nirvana itu  ada, kita memiliki kata-kata Sang Buddha yang menjelaskan bahwa Nirvana  ada. Beliau mengatakan pada kita: 
'Ada yang tak-terlahir, yang tidak-menjadi, yang tidak-terbentuk, yang tidak-berpadu. Jika tidak ada yang tak-terlahir, yang tidak-menjadi, yang tidak-terbentuk, yang tidak-berpadu, maka tidak ada jalan keluar dari kelahiran, menjadi, terbentuk, dan berpadu. Tetapi karena ada yang tak-terlahir, tidak-menjadi, tidak-terbentuk, dan tidak-berpadu, maka ada jalan keluar dari kelahiran, menjadi, terbentuk dan berpadu. - Ud, 80
Kita akan mengetahui ketika kita mencapainya. Sampai waktu itu nanti, kita masih dapat berlatih. 
Apakah itu Kebenaran Mulia Ke-Empat?
Kebenaran Mulia Ke-Empat adalah Jalan menuju untuk mengatasi  penderitaan. Jalan ini disebut dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan dan  terdiri dari Pemahaman Sempurna, Pikiran Sempurna, Ucapan Sempurna,  Perbuatan Sempurna, Penghidupan Sempurna, Usaha Sempurna,  Perhatian-Penuh Sempurna dan Konsentrasi Sempurna. Kehidupan Buddhis  terdiri dari praktek delapan hal-hal ini sampai semuanya lengkap. Anda  akan melihat bahwa langkah-langkah pada Jalan Mulia Berunsur Delapan  melingkupi semua aspek kehidupan: intelektual, etikal, sosial dan  ekonomi dan psikologi dan karena itu berisi semua yang dibutuhkan untuk  menjalani kehidupan yang baik dan mengembangkan secara spiritual. 
Buddhisme dan Pandangan-Tentang-Tuhan
Apakah Buddhis percaya akan tuhan?
Tidak. Ada beberapa alasannya. Seperti sosiologis dan psikologis  moderen, Sang Buddha melihat bahwa banyak pandangan agama dan khususnya  pandangan-tentang-tuhan itu berasal dari kegelisahan dan ketakutan. Sang  Buddha berkata: 
'Karena diselubungi ketakuan orang-orang pergi ke gunung-gunung keramat, hutan-hutan keramat, pohon-pohon keramat dan kuil-kuil.' -Dp. 188
Manusia primitif hidup di alam yang berbahaya dan tidak bersahabat,  rasa takut pada binatang buas, takut tidak mendapatkan makanan yang  cukup, terluka atau penyakit, dan fenomena alam seperti guntur, petir  dan gunung berapi selalu bersama mereka. Tidak menemukan rasa aman,  mereka menciptakan konsep tuhan untuk memberikan rasa nyaman pada  saat-saat baik, keberanian pada saat-saat berbahagia dan kekuatan pada  saat-saat tidak baik. Sampai hari ini anda akan melihat bahwa  orang-orang sering menjadi lebih religius disaat-saat krisis, anda akan  mendengar mereka berkata bahwa keyakinan pada tuhan atau dewa-dewa  memberikan mereka kekuatan yang mereka butuhkan untuk menjalani  kehidupan. Sering kali mereka menjelaskan bahwa mereka percaya pada  tuhan tertentu karena mereka berdoa pada saat membutuhkan dan doanya  terjawab. Semua ini sepertinya mendukung ajaran Sang Buddha bahwa  pandangan-tentang-tuhan itu merupakan respon dari rasa takut dan  frustasi. Sang Buddha mengajarkan kita untuk mengerti rasa takut kita,  mengurangi keinginan kita dan dengan tenang dan berani menerima hal-hal  yang tidak dapat kita rubah. Beliau menggantikan rasa takut dengan  pemahaman rasional tidak dengan keyakinan tidak berdasar. 
Alasan ke-dua Sang Buddha tidak percaya pada tuhan karena tidak  ada banyak bukti untuk mendukung pandangan ini. Ada banyak agama, semua  mengaku bahwa mereka telah menulis kata-kata tuhan dalam kitab suci  mereka, dan hanya mereka sendiri yang mengerti sifat tuhan, bahwa tuhan  mereka itu ada dan tuhan dari agama lain tidak ada. Beberapa mengaku  bahwa tuhan itu maskulin, beberapa mengaku tuhan itu feminin dan  beberapa tidak keduanya. Mereka semua berpuas bahwa ada cukup bukti  untuk membuktikan bahwa keberadaan tuhan yang mereka sembah tetapi  menghina bukti-bukti yang digunakan agama lain untuk membuktikan  keberadaan tuhannya. Mengejutkan bahwa meskipun banyak agama menggunakan  banyak cara orisinal selama berabad-abad untuk membuktikan keberadaan  tuhan tetapi masih belum ada bukti yang asli, nyata, substansial atau  tak terbantahkan. Buddhis menunda memutuskan hal itu sampai  bukti-buktinya muncul. 
Alasan ke-tiga Sang Buddha tidak mempercayai tuhan karena beliau  merasa bahwa keyakinan seperti itu tidak perlu. Beberapa mengaku bahwa  keyakinan pada tuhan itu perlu untuk menjelaskan asal mula alam semesta.  Tetapi ilmu pengetahuan dengan sangat meyakinkan menjelaskan bagaimana  alam semesta mencul tanpa menampilkan konsep-tuhan. Beberapa mengaku  bahwa keyakinan pada tuhan itu perlu untuk memiliki kehidupan yang  bahagia dan bermakna. Sekali lagi kita dapat melihat bahwa tidak  demikian. Ada berjuta-juta atheis dan pemikir-bebas, tanpa menyebut  banyak Buddhis juga, yang hidup beguna, bahagia dan bermakna tanpa  keyakinan pada tuhan. Beberapa mengaku bahwa keyakinan pada kekuatan  tuhan itu perlu karena manusia, yang lemah, tidak memiliki kekuatan  untuk menolong diri mereka. Sekali lagi, bukti mengindikasikan  kebalikannya. Kita sering mendengar tentang orang-orang yang telah  mengatasi ketidakmampuan dan kekurangan besar mereka, keadaan-keadaan  tidak terduga dan kesulitan-kesulitan, dengan sumber daya dari dalam,  usaha mereka sendiri dan tanpa keyakinan pada tuhan. beberapa mengaku  bahwa tuhan itu perlu untuk memberikan penyelamatan. Tetapi argumen ini  hanya akan benar jika kita menerima konsep theologis penyelamatan dan  buddhis tidak menerima konsep seperti itu. Berdasarkan pengalamannya  sendiri Sang Buddha melihat bahwa setiap manusia memiliki kemampuan  untuk menyucikan pikiran, mengembangkan kasih sayang tanpa batas dan  belas kasih dan pemahaman sempurna. Beliau menggeser perhatian dari  surgawi pada hati dan mendorong kita untuk menemukan solusi  masalah-masalah kita melalui pemahaman-pemahaman oleh diri sendiri. 
Tetapi jika tidak ada tuhan bagaimana ada alam semesta?
Semua agama memiliki mitos dan kisah-kisah yang mencoba untuk  menjawab pertanyaan ini. Pada masa dahulu mitos seperti ini sudah cukup  tetapi pada abad ke 21, pada jaman fisika, astronomi dan geologi,  mitos-mitos seperti itu telah dilampaui oleh bukti-bukti ilmiah. Ilmu  pengetahuan telah menjelaskan sumber dari alam semesta tanpa terpaksa  kembali pada konsep tuhan. 
Apa yang Sang Buddha katakaan tentang asal mula alam semesta?
Sangat menarik bahwa penjelasan Sang Buddha tentang asal mula alam  semesta sangat menyerupai pandangan ilmiah. Dalam Aganna Sutta, Sang  Buddha menjelaskan alam semesta hancur  dan kemudian ber-evolusi menjadi  bentuk yang sekarang setelah jutaan tahun yang tak terhitung. Kehidupan  pertama terbentuk pada permukaan air dan lagi, dalam jutaan tahun yang  tak terhitung, berevolusi dari organisme sederhana menjadi kompleks.  Semua proses ini, Beliau katakan, tanpa awal dan akhir, dan berjalan  karena hukum alam. 
Anda berkata bahwa tidak ada bukti keberadaan tuhan tetapi bagaimana dengan mukjizat?
Ada banyak orang yang mempercayai bahwa mukjizat-mukjizat adalah  bukti dari keberadaan tuhan. Kita mendengar pengakuan tak berdasar bahwa  kesembuhan terjadi tetapi kita tidak pernah mendapatkan pengakuan  independen dari kantor medis atau dokter. Kita mendengar  laporan-laporaan "tangan-kedua" bahwa seseorang diselamatkan dari  bencana secara mukjizat tetapi kita tidak pernah mendapatkan pengakuan  saksi mata apa yang benar-benar terjadi. Kita mendegar gosip bahwa doa  menghilangkan penyakit di tubuh dan menguatkan anggota tubuh yang lemah,  tetapi kita tidak pernah melihat X-ray atau mendapatkan komentar dari  dokter atau perawat untuk membuktikan gosip-gosip ini. Pengakuan tak  berdasar, laporan-laporan "tangan-kedua" dan "katanya" adalah bukan  merupakan bukti nyata dan bukti nyata dari mukjizat itu sangat langka.  Akan tetapi, hal-hal tidak biasanya dan hal-hal yang tak dapat  dijelaskan kadang-kadang memang terjadi. Tetapi ketidakmampuan kita  untuk menjelaskan hal-hal seperti itu tidak merupakan persetujuan atas  keberadaan tuhan. Hal itu hanya membuktikan bahwa pengetahuan kita yang  masih tidak lengkap. Sebelum dikembangkan obat-obatan moderen, ketika  orang tidak tahu penyebab dari penyakit, mereka percaya bahwa tuhan atau  dewa-dewa mengirim penyakit sebagai hukuman. Sekarang kita mengetahui  apa penyebab hal-hal seperti itu dan ketika kita sakit, kita minum obat.  Pada saat ketika pengetahuan kita tentang dunia tidak lengkap, kita  dapat mencari tahu apa penyebab fenomena yang tidak dapat dijelaskan  itu, sama seperti kita dapat mengerti apa penyebab penyakit. 
Mengapa banyak orang yang percaya pada sesuatu seperti tuhan, pasti itu benar.
Tidak demikian. Ada waktu dimana semua orang mempercayai bahwa dunia  itu datar, tetapi semua itu salah. Jumlah orang yang percaya pada sebuah  pandangan itu bukan ukuran kebenaran atau kebohongan sebuah pandangan.  Satu-satunya cara kita dapat mengatakan pandangan itu benar atau salah  adalah dengan melihat dari fakta-fakta dan meneliti bukti-bukti. 
Lalu jika Buddhis tidak mempercayai tuhan, apa yang engkau percaya?
Kita tidak mempercayai tuhan karena kita mempercayai kemanusiaan.  Kami percaya bahwa setiap manusia itu berharga dan penting, semua  memiliki potensi untuk berkembang menjadi seorang Buddha - mahluk yang  telah sempurna. Kami percaya bahwa manusia dapat meninggalkan   ketidaktahuan dan ketidakrasionalitasannya dan melihat hal-hal demikian  adanya. Kami percaya bahwa kebencian, marah, niat buruk dan iri hati  dapat digantikan oleh kasih sayang, kesabaran, kemurahan hati dan  kelembutan. Kami percaya bahwa semua hal ini masih dalam jangkauan  setiap orang jika mereka membuat usaha, dibimbing dan didukung oleh  sesama rekan Buddhis lainnya dan diinspirasi oleh contoh yang diberikan  oleh Sang Buddha. Seperti yang dikatakan oleh Sang Buddha: 
'Tidak ada yang menyelamatkan kita selain diri kita sendiri,
Tidak ada yang dapat dan tidak ada yang mungkin.
Diri kita sendiri yang harus menjalani sang jalan,
Akan tetapi, Para Buddha telah menunjukkan sang jalan dengan jelas.
- Dp. 165
Lima Sila
Agama-agama lain mendapatkan pandangan yang baik dan buruk dari perintah dari tuhan atau dewa-dewa. Buddhis tidak mempercayai tuhan, lalu bagaimanakah kamu mengetahui apa yang baik dan buruk?
Segala pikiran, ucapan atau perbuatan yang berakar pada keserakahan,  kebencian dan delusi, dan karena itu akan membawa kita menjauhi dari  Nirvana adalah buruk dan segala pikiran, ucapan dan perbuatan yang  berakar pada pemberian, cinta kasih dan kebijaksanaan yang akan  mendukung pada jalan ke Nirvana adalah baik. Untuk mengetahui apa yang  baik dan buruk dalam agama-agama yang berpusat pada tuhan, anda akan  diberitahu semua yang harus dilakukan. Dalam agama yang berpusat pada  manusia seperti Buddhisme, untuk mengetahui apa yang baik dan buruk,  anda harus mengembangkan kesadaran diri dan pemahaman diri yang  mendalam. Dan pemahaman yang berdasarkan etika selalu lebih kuat  dibandingkan yang merupakan hasil dari perintah. Maka untuk mengetahui  apa yang baik dan buruk, Buddhis melihat pada 3 hal - Niat dibelakang  perbuatan itu, pengaruh dari perbuatan itu pada diri sendiri dan pada  orang lain. Jika niatnya baik (berakar pada kemurahan-hati, cinta kasih  dan kebijaksanaan), jika membantu diri sendiri (membantu saya untuk  lebih memberi, lebih mengasihi dan lebih bijaksana) dan membantu orang  lain (membantu mereka untuk lebih memberi, lebih mengasihi dan lebih  bijaksana), maka jasa dan perbuatan saya adalah bermanfaat, baik dan  bermoral. Tentu saja, ada banyak variasinya. Terkadang, saya bertindak  dengan niat yang terbaik tetapi tidak bermanfaat untuk saya atau  lainnya. Terkadang niat saya jauh dari baik, tetapi meskipun demikian  tindakan saya menolong orang lain. Terkadang saya bertindak karena niat  baik dan tindakan saya membantu saya tetapi mungkin menyebabkan orang  lain menjadi susah. Dalam kasus-kasus demikian, tindakan saya adalah  campuran - campuran dari baik dan tidak-terlalu-baik. Ketika niatnya  buruk dan perbuatannya tidak menolong saya ataupun orang lain, maka  perbuatan tersebut adalah buruk. Dan ketika niat saya baik dan perbuatan  saya membawa manfaat untuk saya maupun orang lain, maka jasa perbuatan  tersebut sepenuhnya baik. 
Lalu apakah Buddhisme memiliki aturan moralitas?
Ya. ada. Lima Sila adalah dasar dari moralitas Buddhis. Lima Sila itu  adalah menghindari pembunuhan atau melukai mahluk hidup, yang ke-dua  adalah menghindari mencuri, yang ke-tiga adalah menghindari tindakan  seksual tidak benar, yang ke-empat adalah menghindari berdusta dan yang  ke-lima adalah menghindari alkohol dan obat-obatan yang melemahkan  kesadaran. 
Tetapi pastinya membunuh itu baik kadang-kadang, membunuh serangga yang menyebarkan penyakit atau seseorang yang akan membunuhmu?
Mungkin hal itu baik untukmu tetapi bagaimanakah bagi serangga atau  orang yang kita bunuh? Mereka ingin hidup sama seperti dirimu. Ketika  engkau memutuskan untuk membunuh seekor serangga yang menyebarkan  penyakit, niatmu mungkin gabungan dari keprihatinan diri (baik) dan rasa  jijik (buruk). Tindakan itu akan menguntungkan untuk dirimu (baik)  tetapi tentu saja tidak menguntungkan bagi mahluk itu (buruk). Jadi ada  kalanya mungkin harus membunuh tetapi tidak pernah sepenuhnya baik. 
Kalian Buddhis terlalu mengkhawatirkan tentang semut-semut atau serangga-serangga.
Buddhis mencoba mengembangkan belas kasih yang tidak membedakan dan  merangkul semua. Kita melihat dunia sebagai kesatuan dimana setiap hal  dan mahluk memiliki tempat dan fungsinya. Kita percaya bahwa sebelum  kita menghancurkan atau mengacau keseimbangan alam yang rapuh, kita  harus sangat berhati-hati. Dimana penekanan telah dilakukan pada  eksploitasi alam besar-besaran, diperas sampai tetes terakhir tanpa ada  yang dikembalikan lagi, menguasai dan menundukkannya, alam telah  berontak. Udara menjadi beracun, sungai terpolusi dan mati, banyak  binatang dan tumbuhan mengarah pada kepunahan, lereng gunung-gunung  menjadi tandus dan tererosi. Bahkan iklim berubah. Jika orang-orang  sedikit lebih tidak terlalu menghancur, merusak dan membunuh, situasi  buruk ini mungkin tidak akan terjadi. Kita harus berusaha untuk  mengembangkan sedikit lebih menghargai untuk semua kehidupan. Dan ini  lah yang dimaksud dalam Sila Pertama. 
Apakah yang Buddhisme katakan tentang aborsi?
Menurut Sang Buddha kehidupan dimulai ketika terjadi pembuahan atau  langsung sesudah pembuahan dan melakukan aborsi pada janin adalah  melakukan pembunuhan. 
Tetapi jika seorang wanita diperkosa atau dia mengetahui kalau anaknya akan cacat, bukankah lebih baik untuk menghentikan kehamilannya?
Seorang anak dikandung sebagai hasil dari perkosaan berhak untuk  hidup dan dicintai seperti anak-anak lainnya. Dia tidak seharusnya  dibunuh hanya karena ayah biologisnya melakukan sebuah kejahatan.  Melakukan persalinan seorang anak cacat fisik atau cacat mental akan  mengakibatkan guncangan mental yang parah untuk orang tuanya tetapi jika  menyetujui hal itu mengapa tidak membunuh anak-anak atau orang dewasa  yang cacat? Ada kemungkinan situasi dimana aborsi adalah alternatif  paling manusiawi, contohnya, untuk menyelamatkan si ibu. Tetapi mari  kita jujur, kebanyakan aborsi dilakukan hanya karena kehamilan itu  repot, membuat malu atau karena orang tuanya menghendaki menunda untuk  memiliki anak. Bagi Buddhis, ini sepertinya adalah alasan-alasan yang  buruk untuk menghancurkan kehidupan. 
Jika seseorang bunuh diri apakah mereka melanggar Sila Pertama?
Ketika seseorang membunuh orang lain mereka mungkin melakukannya  karena takut, marah, geram, serakah atau emosi-emosi negatif lainnya.  Ketika seseorang membunuh dirinya sendiri mereka melakukan karena  alasan-alasan yang mirip atau karena emosi negatif lain seperti putus  asa atau frustasi. Ketika membunuh adalah hasil dari emosi negatif  diarahkan pada orang lain, bunuh diri adalah emosi negatif yang  diarahkan pada diri sendiri dan karena itu termasuk melanggar Sila. Akan  tetapi, seseorang yang berpikir untuk bunuh diri atau pernah mencoba  bunuh diri tidak perlu diberitahu bahwa apa yang mereka lakukan adalah  salah. Mereka butuh dukungan kita dan pengertian kita. Kita harus  menolong mereka mengerti bahwa bunuh diri adalah menambah masalah  mereka, bukan menyelesaikannya. 
Beritahu saya tentang Sila Ke-Dua.
Ketika kita mengambil Sila kita bertekad untuk tidak mengambil apa  yang bukan milik kita. Sila Ke-Dua adalah tentang menahan keserakahan  kita dan menghormati hak milik orang lain. 
Sila Ke-Tiga berisi tentang kita harus menghindari perbuatan seksual yang tidak benar. Apakah itu perbuatan seksual yang tidak benar?
Jika kita menggunakan penipuan, pemerasan emosional atau memaksa  seseorang melakukan hubungan seksual dengan kita, maka hal itu bisa  dikatakan perbuatan seksual yang tidak benar. Penyelewengan juga adalah  salah satu bentuk dari perbuatan seksual yang tidak benar karena ketika  kita menikah kita berjanji pada pasangan kita akan setia padanya. Ketika  kita melakukan penyelewengan kita melanggar janji dan menghianati  kepercayaannya. Seks adalah ekspresi dari cinta dan keintiman antara dua  orang dan ketika hal itu berkontribusi pada kesehatan mental dan emosi  kita. 
Apakah seks diluar nikah adalah perbuatan seksual yang tidak benar?
Tidak jika ada cinta dan kesepakatan bersama diantara dua orang  tersebut. Akan tetapi, perlu diingat bahwa fungsi biologis dari seks  adalah reproduksi dan jika seorang wanita yang belum menikah menjadi  hamil, hal itu dapat menyebabkan banyak masalah. Banyak orang-orang yang  dewasa dan bijaksana berpendapat bahwa lebih baik tidak melakukan seks  sampai sesudah menikah. 
Apa pendapat Buddhisme tentang pengendalian kelahiran (birth control)?
Beberapa agama mengajarkan bahwa berhubungan seks untuk alasan selain  reproduksi adalah imoral dan dengan demikian mereka menganggap segala  bentuk pengendalian kelahiran adalah salah. Buddhisme mengakui bahwa  seks memiliki beberapa fungsi - reproduksi, rekreasi, dan sebagai  ekspresi dari cinta dan kasih sayang antara dua orang, dst. Karena  demikian, Buddhisme menganggap semua bentuk pengendalian kelahiran  adalah baik kecuali aborsi. Bahkan, Buddhisme akan mengatakan bahwa di  dunia dimana ledakan populasi menjadi masalah utama, pengendalian  kelahiran adalah suatu berkah. 
Tetapi bagaimanakah dengan Sila Ke-Empat? Apakah mungkin hidup tanpa berdusta?
Jika benar-benar tidak dapat hidup di masyarakat atau melakukan  bisnis tanpa berdusta, kondisi demikian yang harus dirubah. Buddhis  adalah seseorang yang bertekad untuk melakukan tindakan nyata pada  sebuah masalah dengan mencoba menjadi lebih jujur. 
Jika kamu sedang duduk ditaman dan ada seseorang yang lari ketakutan dan kemudian beberapa menit kemudian ada seseorang yang membawa pisau dan menghampiri kamu dan bertanya kearah mana orang yang tadi pergi, kamu akan katakan yang sebenarnya atau membohonginya?
Jika saya memiliki alasan yang kuat untuk curiga bahwa orang yang  kedua itu akan melakukan hal buruk pada orang yang pertama saya akan,  sebagai seorang Buddhis yang cerdas dan perhatian, saya tidak akan ragu  untuk berdusta. Telah kita katakan sebelumnya bahwa salah satu faktor  yang menentukan apakah itu perbuatan baik atau buruk adalah niatnya.  Niatnya untuk menyelamatkan jiwa adalah berkali-kali lipat lebih positif  dibandingkan mengatakan sebuah kebohongan dalam kasus seperti ini. Jika  berbohong, minum minuman keras atau bahkan mencuri tapi dapat  menyelamatkan jiwa, saya akan melakukannya. Saya selalu dapat  memperbaiki kesalahan karena melanggar Sila tetapi saya tidak akan  pernah mengembalikan kehidupan setelah hilang. Meskipun demikian,  seperti yang telah dikatakan sebelumnya, mohon jangan menganggap ini  sebagai ijin untuk melanggar Sila. Sila harus dipraktekkan dengan penuh  perhatian dan hanya dilanggar dalam kasus-kasus ekstrim saja. 
Sila Ke-Lima mengatakan bahwa kita tidak boleh minum alkohol atau obat-obatan yang melemahkan kesadaran. Mengapa tidak boleh?
Orang tidak minum alkohol karena rasanya. Ketika mereka minum sendiri  adalah untuk mencari pelepasan ketegangan dan ketika mereka minum  bersama-sama, biasanya untuk mengikuti kebiasaan dalam bersosialisasi.  Bahkan sedikit alkohol dapat melemahkan kesadaran dan mengganggu  kesadaran-diri. Dalam jumlah yang banyak, efeknya dapat menjadi  mengenaskan. Buddhis mengatakan bahwa ketika kamu melanggar Sila Ke-Lima  kamu dapat melanggar semua Sila lainnya. 
Tetapi minum sedikit tidak akan benar-benar melanggar Sila, bukan? Hanya hal kecil saja.
Ya, hanya hal kecil saja dan jika kamu tidak dapat berlatih bahkan  sebuah hal kecil, komitmen dan tekadmu tidak begitu kuat, bukan? 
Apakah merokok melanggar Sila Ke-Lima?
Merokok tentunya memiliki efek negatif pada tubuh tetapi efek pada  pikiran sangat kecil. Seseorang dapat merokok dan tetap waspada,  perhatian dan mengendalikan diri sementara merokok tidak dianjurkan,  merokok tidak melanggar Sila. 
Lima Sila itu negatif. Sila itu melarang apa yang tidak boleh dilakukan. Sila tidak memberitahu apa yang boleh dilakukan.
Lima Sila adalah dasar dari moralitas Buddhis. Lima Sila bukan semua  moralitas Buddhis. Kita mulai dengan mengenali tingkah-laku negatif dan  berusaha untuk menghentikannya. Itulah fungsi dari Lima Sila. Setelah  kita berhenti melakukan hal buruk, kita akan mulai melakukan hal baik.  Kita ambil contoh Sila Ke-Empat. Sang Buddha berkata bahwa kita harus  memulai dengan menahan diri dari berdusta. Setelah itu, baru kita  mengucapkan kebenaran, berbicara lembut, sopan dan pada waktu yang  tepat. 
Meninggalkan ucapan salah dia menjadi pembicara kebenaran, reliabel, dapat dipercaya, dapat diandalkan, dia tidak menipu dunia. Meninggalkan ucapan jahat dia tidak mengulang disana apa yang dia telah dengar disini ataupun dia mengulang disini apa yang dia dengar disana dengan tujuan untuk menyebabkan pertentangan antara orang-orang. Dia menyatukan semua yang terpecah dan menjadikan dekat bersama mereka yang telah menjadi teman. Harmoni adalah kegembiraannya, harmoni adalah kegemarannya, harmoni adalah cintanya; Hal itu adalah alasan dari ucapannya. Meninggalkan ucapan kasar ucapannya tanpa cela, enak didengar, menyenangkan, masuk kedalaam hati, sopan, disukai banyak orang. Meninggalkan ucapan tidak penting dia berucap pada waktu yang tepat, apa yang benar, langsung pada tujuan, tentang Dhamma dan tentang Vinaya. Dia berucap kata-kata yang layak dihargai, tepat waktu, beralasan, jelas dan langsung pada sasaran.' M.I, 179
 
